SEMUANYA GAK AKAN BERHASIL TANPA ADA NIAT DAN DO'A :) :)

Rabu, 11 Mei 2011

Pembangunan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa

Berbagai kerawanan yang meliputi Indonesia.
Ketika memperingati Hari Pahlawan pada tanggal 10 November yang lalu, pikiran dan perasaan tersentuh oleh keadaan Negara dan Bangsa kita dewasa ini yang amat kurang memuaskan. Setelah mengalami kemerdekaan selama lebih dari 64 tahun, keadaaan bangsa kita masih jauh dari apa yang kita inginkan, bahkan kita khawatir akan masa depan kita yang penuh tantangan yang cukup gawat.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru saja mulai termin kepresidenannya yang kedua setelah dipilih oleh rakyat secara mantap, jauh mengungguli pesaing-pesaingnya. Dengan dasar itu sebenarnya kita patut yakin bahwa akan ada kepemimpinan bangsa yang kuat untuk lima tahun akan datang. Akan tetapi belum satu kepastian, memperhatikan kepemimpinannya selama lima tahun yang lalu yang secara umum dinilai masih kurang mantap dan tegas. Padahal pada tahun 2004 ia juga dipilih rakyat dengan keunggulan suara sampai 60 prosen lebih. Dan sekarang dihadapi berbagai persoalan bangsa yang tidak berkurang peliknya.
Inti dari semua persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bahwa Pancasila yang sudah sejak tahun 1945 disetujui sebagai Dasar Negara RI belum diimplementasikan sebagaimana mestinya. Malahan sejak Reformasi 1998 Pancasila makin dipinggirkan. Hal itu dapat dilihat bagaimana UUD 1945 di-amandemen sampai empat kali yang membuat UUD 1945 itu sudah tidak lagi merupakan pedoman untuk pelaksanaan Pancasila. Meskipun Pembukaan UUD tidak disentuh, namun dalam Batang Tubuh dimasukkan fasal-fasal yang menimbulkan kontroversi dengan Pancasila, sedangkan bagian Penjelasan UUD 1945 dihapuskan.
Dampak dari perubahan ini luas sekali dalam masyarakat Indonesia. Sikap dan pikiran liberalisme menjadi amat menonjol yang berpengaruh pada politik dan terutama perkembangan ekonomi. Itu sebabnya hingga sekarang kemiskinan masih amat luas, yaitu sekitar 32,5 juta orang atau 14% jumlah penduduk, segangkan di pihak lain ada segolongan kecil yang amat kaya. Kesenjangan yang amat dalam antara kaya dan miskin ini malahan makin tajam. Meskipun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pemerintahannya tidak akan bersikap neo-liberal, namun sama sekali belum ada indikasi bahwa dalam kenyataan itu akan terjadi.
Angka Indeks Pembangunan Indonesia (Human Development Index, HDI) yang 0,734 atau peringkat ke 111 dari 182 negara, jauh di bawah Malaysia, Thailand, Filipina dan bahkan di bawah Vietnam, menunjukkan betapa kurang perhatian diberikan kepada pendidikan dan kesehatan umum. Hal itu juga akibat dari sikap yang kuat mengarah kepada liberalisme yang tidak peduli bagaimana rakyat banyak perlu diberi dukungan pelaksanaan pendidikan dan kesehatan yang baik dan meluas. Kita lihat dampaknya yang kongkrit dalam persaingan olahraga di Asia Tenggara. Indonesia yang pada tahun 1977 hingga 1983 selalu nomer satu dalam Southeast Asian Games, sekarang tidak lebih dari nomer 5.
Yang paling parah dampak liberalisme adalah dalam makin meluasnmya korupsi dalam masyarakat karena orang dibiarkan bersikap serakah dan haus uang, tanpa peduli apakah caranya halal atau tidak. Hari-hari ini hal ini memuncak ketika terjadi perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Kepolisian dan Kejaksaan Agung. Amat jelas bagaimana kejujuran sekarang sudah dilecehkan demi kekuasaan dan uang. Amat memalukan ketika lembaga-lembaga negara yang harus menegakkan hukum justru berselisih untuk memegang kekuasaan utama dan tidak segan-segan menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan etika dan moralitas. Demikian pula masih banyak persoalan lain yang cukup berat, seperti masalah lingkungan hidup terutama yang bersangkutan dengan pemanasan bumi, masalah energi dan lainnya.
Memperhatikan tantangan berat yang dihadapi bangsa Indonesia diperlukan kepemimpinan nasional yang dapat berfungsi efektif dan tegar. Akan tetapi juga diperlukan masyarakat yang kuat jasmani dan rohani, karena kepemimpinan saja tanpa ada dukungan yang memadai sulit mewujudkan hal-hal yang kongkrit dan nyata.
Sudah jelas bahwa usaha bangsa yang besar itu bukan sekedar satu usaha biasa, melainkan merupakan satu perjuangan yang tidak lepas dari Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu perjuangan untuk memberikan kepada Kemerdekaan Bangsa substansi yang diidam-idamkan oleh seluruh bangsa yang ada di bumi Nusantara ini.

Peran Karakter dalam Perjuangan Bangsa.
Dalam perjuangan bangsa untuk mewujudkan berbagai tujuannya faktor Karakter merupakan syarat yang amat diperlukan guna mencapai keberhasilan.
Yang dimaksudkan dengan karakter di sini bukan hanya sifat khas yang ada pada bangsa dan manusia Indonesia, tetapi lebih banyak diarahkan pada sifat positif yang kuat secara mental dan spiritual dalam menghadapi kehidupan.
Pada tahun 1943 dalam masa penjajahan Jepang Ir. Soekarno atau Bung Karno sebagai pemimpin bangsa Indonesia pernah menyatakan dalam salah satu pidato beliau untuk membangun semangat perjuangan bangsa, bahwa kita bangsa Indonesia harus mempunyai Herren Geist dan bukan Sklaven Geist. Selama penjajahan Belanda yang lama dan keji telah meluas sikap dan sifat membudak pada manusia Indonesia, sifat yang lemah, serba takut dan merasa inferior (Sklaven Geist). Satu sikap yang memang ditumbuhkan penjajah Belanda agar dapat menguasai bangsa Indonesia yang jauh lebih banyak jumlahnya dan hidup di wilayah yang luas. Sifat budak ini berbeda sekali dengan sifat dan sikap manusia Indonesia di masa Majapahit yang tangguh, gagah perkasa dan sanggup berbuat sebagaimana tergambar oleh pribadi Mahapatih Gajah Mada dengan Sumpah Palapa-nya. Inilah Herren Geist yang dimaksudkan Bung Karno.
Beliau sadar bahwa untuk menjadi merdeka kembali bangsa Indonesia perlu meninggalkan sifat dan sikap membudak yang serba lemah, serba takut dengan rasa inferior terhadap bangsa lain, termasuk Belanda. Harus menguat kembali sifat dan sikap tangguh, ulet, gagah perkasa yang sanggup berprestasi dalam persaingan dengan bangsa lain.
Karakter ini yang diperlukan bangsa Indonesia sebagai bangsa merdeka. Selain Herren Geist itu Bung Karno kemudian menyampaikan pandangan beliau bahwa bangsa Indonesia yang merdeka memerlukan satu Weltanschauung atau Pandangan Hidup. Beliau kemudian mengutarakan Panca Sila yang beliau gali dari kehidupan bangsa Inndonesia sepanjang zaman, dan sebaiknya diangkat menjadi Pandangan Hidup bangsa Indonesia yang merdeka. Usul Bung Karno diterima oleh para Pendiri Bangsa dan kemudian dengan beberapa penyesuaian redaksi Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan Falsafah Kehidupan Bangsa. Pancasila menambah hal-hal bagi karakter bangsa yang baik. Konsep Herren Geist ditambah dengan sifat nasionalis dan patriot yang mengakui kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, membangun kemanusiaan yang adil dan beradab dalam persatuan bangsa yang dilandasi kerakyatan dan kesejahteraan yang adil merata bagi seluruh bangsa.
Dengan sifat dan sikap atau karakter bangsa itulah dilakukan perjuangan menegakkan kemerdekaan bangsa yang berhasil memaksa penjajah meninggalkan Indonesia dan mengakui kemerdekaandan kedaulatan bangsa Indonesia.
Namun dalam kenyataan belumlah seluruh atau mayoritas bangsa bersikap seperti itu. Masih banyak sekali bangsa kita yang tetap diliputi Sklaven Geist, hal mana terlihat ketika selama perjuangan kemerdekaan masih banyak manusia Indonesia berpihak kepada penjajah Belanda.
Oleh sebab itu seharusnya Pembangunan Karakter Bangsa dilanjutkan setelah kita merdeka . Di sinilah para Pejuang Kemerdekaan, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI kita yang pertama, melakukan kelalaian. Memang sering dibicarakan pentingnya Nation and Character Building atau Pembangunan Bangsa dan Karakter, tetapi dalam kenyataan kurang sekali usaha yang konsekuen dan penuh komitmen dalam implementasinya.
Juga setelah kepemimpinan nasional beralih ke Presiden Soeharto hal itu tidak memperoleh prioritas utama, padahal karakter bangsa merupakan faktor yang amat menentukan dalam Pembangunan Nasional yang dilakukan sejak 1968. Memang dinyatakan bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia dan Masyarakat Indonesia, namun kurang sekali usaha pembangunan karakter bangsa itu.
Apalagi setelah terjadi Reformasi pada tahun 1998 yang membawa bangsa Indonesia lebih condong ke sikap dan pandangan liberalisme, sebagaimana telah diuraikan dalam bab sebelumnya.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa banyak sekali kerawanan dan kekurangan yang sekarang kita alami, termasuk berbagai persoalan yang diutarakan di atas, merupakan konsekuensi dari kelalaian masa lalu yang terutama menyebabkan lemahnya karakter bangsa.
Maka kalau kita hendak mengatasi berbagai kekurangan sekarang seperti Korupsi, tingginya angka Kemiskinan, lemahnya kekuasaan Hukum, Pendidikan Umum yang tertinggal dari negara tetangga, kurangnya jaminan Kesehatan, dan lainnya, maka itu adalah karena masih lemahnya karakter bangsa dewasa ini. Kelemahan karakter ini berdampak pada Kepemimpinan, Manajemen dan Perilaku yang kurang memberikan keberhasilan dalam pencapaian Tujuan Perjuangan.
Sekarang dalam kenyataan sukar menemukan manusia dan pemimpin Indonesia dengan sifat dan sikap nasionalis atau patriot yang dilandasi Pancasila, yang secara tangguh, ulet dan gagah berani memperjuangkan Tujuan Perjuangan Bangsa. Malahan yang sering kita temukan, bahkan di kalangan pejabat tinggi Negara, adalah sifat dan sikap lemah, rasa inferior terhadap bangsa lain, mudah diliputi perasaan menyerah, sikap munafik sehingga seringkali implementasi jauh berbeda dari yang dibicarakan dan kurangnya komitmen untuk mengusahakan yang terbaik.

Karakter Pribadi sebagai bagian Karakter Bangsa.
Bangsa Indonesia terdiri atas pribadi-pribadi manusia Indonesia yang secara keseluruhan membentuk bangsa. Sebab itu Karakter Bangsa tidak lepas dari Karakter Pribadi orang per orang manusia Indonesia. Karakter Pribadi itulah merupakan landasan atau fundament Karakter Bangsa.
Pada umumnya seorang manusia dianggap berkarakter baik apabila ia dapat berperilaku dan hidup baik dalam lingkungannya. Dalam setiap ajaran agama dan adat-istiadat bangsa tersimpul moralitas yang menentukan sifat-sifat apa yang harus dipunyai manusia dalam hidup bermasyarakat. Sebab manusia adalah mahluk sosial yang hanya dapat hidup dalam kebersamaan dengan mahluk dan manusia lain. Untuk menjadi mahluk sosial yang baik manusia sebagai pribadi perlu berkarakter baik. Apalagi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa sebagaimana dikatakan Bung Karno (Weltanschauung ), mengajarkan kepada kita bahwa kita hidup dalam Pluralisme yang digambarkan oleh arahan Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam Perbedaan.
Karakter Pribadi diwujudkan oleh Budi Pekerti dan Sopan Santun, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Manusia perlu ber-Budi Pekerti baik, seperti adanya sifat jujur, tidak mengambil hak dan milik orang lain, rajin, suka menolong, hemat, gemar belajar, berpendirian kuat, berani mengusahakan yang benar dan bermanfaat bagi orang banyak, mengejar keunggulan (excellence), ulet dalam mengejar sasaran, tidak munafik serta tidak ada perbedaan dalam kata dan perbuatan, dan masih banyak lainnya.
Karakter Pribadi juga memerlukan bahwa manusia hidup dengan Sopan Santun, terutama dalam masyarakat Indonesia. Seperti sikap menghormati orang lain khususnya orang yang lebih tua, bertutur kata yang baik, menghargai pendapat orang lain, sikap toleran terhadap orang lain terutama kalau berbeda pendapat, mengikuti tatacara yang telah disetujui, dan lainnya.
Budi Pekerti dan Sopan Santun ini merupakan Karakter Pribadi yang dibawa manusia untuk membangun Karakter Bangsa. Dapat dikatakan bahwa dengan ber-Karakter Pribadi yang baik seorang membuat dirinya mampu mengendalikan diri dengan efektif, sehingga mewujudkan kemampuan yang penting bagi terbentuknya Karakter Bangsa. Manusia yang sejak usia dini dibiasakan ber-Karakter Pribadi yang baik akan lebih mampu membangun Karakter Bangsa dalam dirinya, karena sudah terbiasa untuk mengendalikan diri ketika mempraktekkan Budi Pekerti dan Sopan Santun dalam hidupnya. Sebab itu tidak salah kalau Karakter Pribadi merupakan landasan penting untuk membangun Peradaban Bangsa.

Pembangunan Karakter dengan prioritas tinggi.
Maka Pembangunan Karakter terdiri atas pembangunan Karakter Pribadi dan Karakter Bangsa yang dua-duanya diperlukan membuat bangsa Indonesia sungguh-sungguh kuat secara mental dalam menghadapi tantangan kehidupan Dunia dan Umat Manusia dewasa ini dan masa depan.
Jelas sekali bahwa Pembangunan Karakter harus menjadi prioritas tinggi dalam perjuangan bangsa kita dewasa ini dan masa depan. Tidak kalah prioritasnya dari keperluan bangsa akan bertambahnya infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Malahan dapat dikatakan bahwa kelangsungan eksistensi NKRI berdasarkan Pancasila sangat tergantung dari kuatnya karakter bangsa.
Untuk itu bangsa Indonesia dengan dipimpin kepemimpinan nasional harus melaksanakan Pembangunan Karakter secara intensif dan luas pada seluruh bangsa. Harus kita sadari bahwa kita sudah membuang waktu tidak kurang dari 64 tahun karena sejak tahun 1950 kurang memperhatikan Pembangunan Karakter.
Pembangunan Karakter harus menonjol dalam pelaksanaan Pendidikan Sekolah, sejak anak masuk Taman Kanak-Kanak hingga selesai belajar di sekolah. Dimulai dengan pendidikan Budi Pekerti dan Sopan Santun di Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Ada mata pelajaran Budi Pekerti yang dapat disatukan dengan pelajaran Agama. Selain itu dalam setiap mata pelajaran dan kegiatan diselipkan pendidikan Budi Pekerti dan Sopan Santun. Dari mulai SMP ditmbahkan pendidikan Karakter Bangsa yang menyangkut pemahaman Pancasila sebagai Dasar Negara, khususnya sikap nasionalis dan patriot.
Juga dalam Pendidikan di lingkungan Keluarga harus ada pembentukan Karakter oleh para orang tua. Kalau para orang tua menginginkan putera-puterinya jadi manusia Indonesia yang baik, maka mereka harus sadar atau disadarkan bahwa pembentukan Karakter merupakan usaha yang amat menentukan untuk menjadikan putera-puterinya manusia yang baik.
Yang amat penting adalah Tauladan yang diberikan oleh setiap Pemimpin, mulai dari Kepala Negara hingga eselon pemerintah terendah, juga oleh setiap pemimpin organisasi apa pun sampai para orang tua sebagai pemimpin Keluarga.
Sebenarnya usaha demikian tidak memerlukan pembiayaan khusus, tetapi yang amat diperlukan adalah komitmen yang kuat, konsistensi dan kesungguhan dari segenap pihak yang berfungsi pemimpin. Yang terutama penting adalah komitmen Kepemimpinan Nasional, baik Presiden di bidang eksekutif maupun DPR di bidang legislatif serta Mahkamah Agung di bidang yudikatif, untuk menentukan implementasi yang efektif dalam Penbangunan Karakter ini, sehingga usaha itu betul-betul jalan dan dalam waktu tidak terlalu lama mulai memberikan hasilnya yang dampaknya pasti amat besar dalam kehidupan bangsa. Sebaliknya jangan sampai Pembangunan Karakter hanya menjadi wacana belaka dan tinggal sebagai slogan tanpa bukti kongkrit.
Semoga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersedia menerima kebenaran ini dan memimpin bangsa Indonesia dalam gerak yang luas dan dinamis membangun Karakter Bangsa yang kokoh dan andal.
Dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan taufik dan hidayahNya kepada usaha bangsa Indonesia dalam perjuangannya mewujudkan Masyarakat yang Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila yang sekali gus menciptakan Peradaban Indonesia Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar